Olehkarenanya dengan aplikasi rutin sejak awal menggunakan pupuk cabe GDM akan mencegah serangan cendawan yang dapat menyebabkan antraknosa pada tanaman cabai. Mencegah Stress Saat Pindah Tanam Aplikasi Granul Bio Organik GDM SAME dapat digunakan sebagai pupuk cabe dasar yang akan memenuhi kebutuhan nutrisi pada tanaman cabai sejak awal.
This study aimed to determine 1 the combination of the effect of liquid organic fertilizer LOF concentration and nitrogen fertilizer dose on the growth and yield of cayenne pepper Capsicum frutescens L. cultivar Dewata F1 2 the effect of LOF concentration and nitrogen fertilizer dose which gave the best influence on growth and the results of cayenne pepper Capsicum frutescens L. cultivar Dewata F1 3 correlation between growth components and yield of cayenne pepper Capsicum frutescens L. cultivar Dewata F1. The study was conducted in Nanggerang Village, Jalaksana District, Kuningan-West Java Regency, from July to October 2018. The method used in this research was the experimental method. The experimental design used was Randomized Block Design RBD. This experiment consisted of 12 combinations of liquid organic fertilizer concentration and nitrogen fertilizer dosage, each of which was repeated three times, so that there were 36 experimental plots. The combination of treatments tested in the field are A = LOF 0%, N = kg / ha 150 kg Urea, B = LOF 0%, N = kg / ha 200 kg Urea, C = LOF 0%, N = kg / ha 250 kg Urea, D = LOF 15%, N = kg / ha 150 kg Urea, E = LOF 15%, N = kg / ha 200 kg Urea, F = LOF 15%, N = kg / ha 250 kg Urea, G = LOF 20%, N = kg / ha 150 kg Urea, H = LOF 20%, N = kg / ha 200 kg Urea, I = LOF 20%, N = kg / ha 250 kg Urea, J = LOF 25%, N = kg / ha 150 kg Urea, K = LOF 25%, N = kg / ha 200 kg Urea, L = LOF 25%, N = kg / ha 250 kg Urea. The results showed that combination of liquid organic fertilizer concentration and dose of nitrogen fertilizer did not affect to all observed variables except for stem diameter at 21 DAP. There was correlation between the components of growth and the fruit weight of the crop. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal AGROSWAGATI 7 2, Oktober 2019 p-ISSN 2339-0085 serta e-ISSN 2580-5185 Vol. 7 No. 2, Oktober 201987 PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN TAKARAN PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI RAWIT Capsicum frutescens L. KULTIVAR DEWATA F1 Gustaf Rifaldy1, Wijaya2 dan Ismail Saleh2 1 Alumnus Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Unswagati, Cirebon 2 Dosen Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Unswagati, Cirebon DOI Diterima 17 Mei 2019; Direvisi 18 Juli 2019; Diterima September 2019; Dipublikasikan Oktober 2019 ABSTRACT This study aimed to determine 1 the combination of the effect of liquid organic fertilizer LOF concentration and nitrogen fertilizer dose on the growth and yield of cayenne pepper Capsicum frutescens L. cultivar Dewata F1 2 the effect of LOF concentration and nitrogen fertilizer dose which gave the best influence on growth and the results of cayenne pepper Capsicum frutescens L. cultivar Dewata F1 3 correlation between growth components and yield of cayenne pepper Capsicum frutescens L. cultivar Dewata F1. The study was conducted in Nanggerang Village, Jalaksana District, Kuningan-West Java Regency, from July to October 2018. The method used in this research was the experimental method. The experimental design used was Randomized Block Design RBD. This experiment consisted of 12 combinations of liquid organic fertilizer concentration and nitrogen fertilizer dosage, each of which was repeated three times, so that there were 36 experimental plots. The combination of treatments tested in the field are A = LOF 0%, N = kg / ha 150 kg Urea, B = LOF 0%, N = kg / ha 200 kg Urea, C = LOF 0%, N = kg / ha 250 kg Urea, D = LOF 15%, N = kg / ha 150 kg Urea, E = LOF 15%, N = kg / ha 200 kg Urea, F = LOF 15%, N = kg / ha 250 kg Urea, G = LOF 20%, N = kg / ha 150 kg Urea, H = LOF 20%, N = kg / ha 200 kg Urea, I = LOF 20%, N = kg / ha 250 kg Urea, J = LOF 25%, N = kg / ha 150 kg Urea, K = LOF 25%, N = kg / ha 200 kg Urea, L = LOF 25%, N = kg / ha 250 kg Urea. The results showed that combination of liquid organic fertilizer concentration and dose of nitrogen fertilizer did not affect to all observed variables except for stem diameter at 21 DAP. There was correlation between the components of growth and the fruit weight of the crop. Keywords Cayenne Pepper Capsicum frutescens L., Liquid Organic Fertilizer, Nitrogen Fertilizer. A. PENDAHULUAN Cabai rawit Capsicum frutescens L. tergolong dalam famili terung-terungan Solanaceae yang berasal dari Meksiko, Peru, dan Bolivia, tetapi sudah tersebar di seluruh dunia termasuk Indonesia Cahyono, 2003. Diperkirakan terdapat 20 spesies cabai yang sebagian besar hidup dan berkembang di Benua Amerika, akan tetapi masyarakat Indonesia umumnya hanya mengenal beberapa jenis saja, yakni cabai besar, cabai keriting, cabai rawit, dan paprika Harpenas dan Darmawan, 2010. Menurut Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia AACI produktivitas cabai di Indonesia masih rendah dibanding negara lain Tim Penulis Agriflo, 2012. Oleh karena itu, upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi cabai rawit salah satunya yaitu dengan pemupukan. Kotoran kambing merupakan bahan yang mempunyai kandungan unsur hara lengkap dengan proporsi yang berbeda dan saling melengkapi satu sama lain. Selain mengandung unsur-unsur makro Nitrogen, Fosfor, Kalium juga mengandung unsur-unsur mikro Kalium, Magnesium, serta sejumlah kecil Mangan, Tembaga, Borium dll yang dapat menyediakan unsur-unsur atau zat makanan bagi kepentingan pertumbuhan dan perkembangan tanaman Sutedjo, 2002. Nitrogen akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman, penampilan, warna, dan Cayenne Pepper Capsicum frutescens L., Liquid Organic Fertilizer, Nitrogen Fertilizer. 88Vol. 7 No. 2, Oktober 2019 hasil tanaman. Nitrogen membuat bagian tanaman menjadi hijau karena mengandung klorofil yang berperan dalam fotosintesis. Unsur tersebut juga bermanfaat untuk mempercepat pertumbuhan tinggi bagi tanaman, memperbanyak jumlah anakan, mempengaruhi lebar dan panjang daun serta membuat menjadi besar, menambah kadar protein dan lemak bagi tanaman Harin Eki Pramitasari, Tatik Wardiyati dan Mochammad Nawawi, 2016. B. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Desa Nanggerang, Kecamatan Jalaksana, Kabupaten Kuningan. Lokasi penelitian ini berada pada ketinggian 512 meter di atas permukaan laut. Suhu udara rata-rata berkisar 28oC-29oC dan pH tanah 5,44 masam. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli sampai Oktober 2018. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, meteran, penggaris, jangka sorong, gelas ukur, timbangan digital, handsprayer, ember, plastik semai, plakat nama, alat tulis dan kalkulator serta peralatan lain yang mendukung pelaksanaan penelitian ini. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok RAK yang terdiri dari 12 kombinasi perlakuan dan tiga ulangan, kombinasi perlakuan yang diuji adalah sebagai berikut A = POC 0%, N = 67,5 kg/ha 150 kg Urea B = POC 0%, N = 90,0 kg/ha 200 kg Urea C = POC 0%, N = 112,5 kg/ha 250 kg Urea D = POC 15%, N = 67,5 kg/ha 150 kg Urea E = POC 15%, N = 90,0 kg/ha 200 kg Urea F = POC 15%, N = 112,5 kg/ha 250 kg Urea G = POC 20%, N = 67,5 kg/ha 150 kg Urea H = POC 20%, N = 90,0 kg/ha 200 kg Urea I = POC 20%, N = 112,5 kg/ha 250 kg Urea J = POC 25%, N = 67,5 kg/ha 150 kg Urea K = POC 25%, N = 90,0 kg/ha 200 kg Urea L = POC 25%, N = 112,5 kg/ha 250 kg Urea Masing-masing kombinasi perlakuan diulang tiga kali sehingga jumlah petak dalam penelitian sebanyak 12 x 3 = 36 petak C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi POC dan takaran pupuk nitrogen tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman cabai rawit. Hasil analisis dapat dilihat secara rinci pada Tabel 1. Tabel 1. Pengaruh Konsentrasi POC dan Takaran Pupuk Nitrogen Terhadap Tinggi Tanaman C = POC 0%, N 112,5 kg/ha D = POC 15%, N 67,5 kg/ha E = POC 15%, N 90,0 kg/ha F = POC 15%, N 112,5 kg/ha G = POC 20%, N 67,5 kg/ha H = POC 20%, N 90,0 kg/ha I = POC 20%, N 112,5 kg/ha J = POC 25%, N 67,5 kg/ha K = POC 25%, N 90,0 kg/ha L = POC 25%, N 112,5 kg/ha 13,00 14,53 15,43 13,40 13,00 16,83 14,03 18,45 19,60 20,53 18,87 18,93 22,37 21,33 26,60 28,03 27,87 26,07 26,43 31,00 29,50 Kondisi ini menunjukan bahwa perlakuan konsentrasi POC dan takaran pupuk nitrogen belum dapat memberikan pengaruh tinggi tanaman cabai rawit yang berbeda pada umur 21, 28 dan 35 HST. POC memiliki unsur hara yang lengkap tetapi kandungan unsur haranya relatif kecil. Menurut Murbandono 1990 dalam Netti Nurlenawati 2010 kandungan unsur hara dalam pupuk organik tersebut masih relatif kecil sehingga dalam aplikasi penggunaannya masih perlu menggunakan pupuk anorganik. Namun demikian, walaupun penggunaan pupuk anorganik sudah diberikan agar pemberian POC menjadi lebih efektif tetapi keberadaan nitrogen di dalam tanah mudah sekali tercuci dan mudah menguap, sehingga tanaman tidak dapat maksimal dalam menyerap unsur hara dalam tanah terutama nitrogen. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi POC dan takaran pupuk nitrogen tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun cabai rawit. Hasil analisis dapat dilihat secara rinci pada Tabel 2. Cayenne Pepper Capsicum frutescens L., Liquid Organic Fertilizer, Nitrogen Fertilizer. Vol. 7 No. 2, Oktober 201989 Tabel 2. Pengaruh Konsentrasi POC dan Takaran Pupuk Nitrogen Terhadap Jumlah Daun A = POC 0%, N 67,5 kg/ha B = POC 0%, N 90,0 kg/ha C = POC 0%, N 112,5 kg/ha D = POC 15%, N 67,5 kg/ha E = POC 15%, N 90 kg/ha F = POC 15%, N 112,5 kg/ha G = POC 20%, N 67,5 kg/ha H = POC 20%, N 90,0 kg/ha I = POC 20%, N 112,5 kg/ha J = POC 25%, N 67,5 kg/ha K = POC 25%, N 90,0 kg/ha L = POC 25%, N 112,5 kg/ha 17,67 16,53 16,13 16,40 15,53 15,53 17,07 17,47 16,40 15,00 17,20 17,00 24,93 24,33 23,13 23,13 22,13 22,53 26,00 25,73 25,33 27,07 30,20 27,60 54,27 61,93 48,20 49,07 46,20 51,13 53,20 62,20 50,60 54,20 68,20 60,40 Berdasarkan Tabel 2 menunjukan bahwa perlakuan konsentrasi POC dan takaran pupuk nitrogen tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun cabai rawit umur 21, 28, dan 35 HST. Hal ini disebabkan karena kandungan unsur hara terutama N yang terdapat pada lahan percobaan sangat rendah. Data hasil analisis laboratorium bahwa kandungan unsur hara N total pada lahan percobaan yaitu 0,20 %. Menurut Miftah Anugrah Pamungkas dan Supijatno 2017 ketersediaan nitrogen di dalam tanah dipengaruhi antara lain oleh bahan organik tanah, kadar air tanah, suhu serta fiksasi nitrogen oleh bakteri tanah. Selain faktor tersebut, upaya penambahan nitrogen pada lahan percobaan dengan pemberian POC dan takaran pupuk nitrogen nampaknya belum mampu untuk memenuhi kebutuhan vegetatif tanaman cabai rawit. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi POC dan takaran pupuk nitrogen memberikan pengaruh yang nyata terhadap diameter batang umur 21 HST, namun tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap diameter batang cabai rawit umur 28 dan 35 HST. Hasil analisis dapat dilihat secara rinci pada Tabel 3. Tabel 3. Pengaruh Konsentrasi POC dan Takaran Pupuk Nitrogen Terhadap Diameter Batang A = POC 0%, N 67,5 kg/ha B = POC 0%, N 90,0 kg/ha C = POC 0%, N 112,5 kg/ha D = POC 15%, N 67,5 kg/ha E = POC 15%, N 90 kg/ha F = POC 15%, N 112,5 kg/ha G = POC 20%, N 67,5 kg/ha H = POC 20%, N 90,0 kg/ha I = POC 20%, N 112,5 kg/ha J = POC 25%, N 67,5 kg/ha K = POC 25%, N 90,0 kg/ha L = POC 25%, N 112,5 kg/ha 2,28 b 1,99 a 1,82 a 2,37 b 2,27 b 2,55 b 2,00 a 2,68 b 2,32 b 2,64 b 2,75 b 2,31 b 3,15 3,25 3,03 3,05 3,01 3,11 3,24 3,35 3,41 3,14 3,55 3,47 3,61 3,87 3,33 3,81 3,57 3,67 3,80 3,96 3,83 3,80 4,19 4,03 Keterangan Angka rata-rata disertai huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata menurut Uji Gugus Scott-Knot pada taraf 5%. Berdasarkan Tabel 3 menunjukan bahwa konsentrasi POC dan takaran pupuk nitrogen memberikan pengaruh yang nyata terhadap diameter batang cabai rawit pada umur 21 HST, pada umur 21 HST diameter batang terendah ada pada perlakuan B, C dan G. menurut Alfiyan Arif, Arifin Noor Sugiharto dan Eko Widaryanto 2014 nitrogen merupakan unsur hara makro penting bagi tanaman yang diperlukan dalam pertumbuhan bagian bagian vegetatif tanaman. Sedangkan pada umur 28 dan 35 HST tidak memberikan pengaruh yang nyata pada perlakuan konsentrasi POC dan takaran pupuk nitrogen, hal ini dikarenakan pada umur tersebut tanaman cabai rawit sudah mulai memasuki fase generatif sehingga memungkinkan untuk terjadinya pemanfaatan unsur hara untuk fase generatif tanaman. Hal ini sejalan dengan Fahrurrozi, Idarman Tarmizi, dan Bandi Hermawan 2009 yang menyatakan karateristik pertumbuhan tanaman cabai yang indeterminate memungkinkan terjadinya kompetisi pemanfaatan unsur nitrogen antara organ vegetatif dan organ generatif. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi POC dan takaran pupuk Cayenne Pepper Capsicum frutescens L., Liquid Organic Fertilizer, Nitrogen Fertilizer. 90Vol. 7 No. 2, Oktober 2019 nitrogen tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah buah per tanaman cabai rawit. Hasil analisis dapat dilihat secara rinci pada Tabel 4. Tabel 4. Pengaruh Konsentrasi POC dan Takaran Pupuk Nitrogen Terhadap Jumlah Buah per Tanaman Jumlah Buah per Tanaman buah A = POC 0%, N 67,5 kg/ha B = POC 0%, N 90,0 kg/ha C = POC 0%, N 112,5 kg/ha D = POC 15%, N 67,5 kg/ha E = POC 15%, N 90 kg/ha F = POC 15%, N 112,5 kg/ha G = POC 20%, N 67,5 kg/ha H = POC 20%, N 90,0 kg/ha I = POC 20%, N 112,5 kg/ha J = POC 25%, N 67,5 kg/ha K = POC 25%, N 90,0 kg/ha L = POC 25%, N 112,5 kg/ha 37,75 45,23 33,72 34,17 39,87 45,64 34,55 44,52 29,88 39,07 39,85 42,98 Berdasarkan Tabel 4 menunjukan bahwa perlakuan konsentrasi POC dan takaran pupuk nitrogen tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah buah per tanaman cabai rawit. Hal ini diduga konsentrasi POC dan pupuk takaran nitrogen belum mampu memenuhi unsur hara yang dibutuhkan tanaman, selain kandungan hara yang terdapat dalam pupuk organik cair relatif sedikit, takaran pupuk nitrogen yang kurang tepat akan mempengaruhi serapan N oleh tanaman akan rendah sehingga pembentukan klorofil juga rendah yang akan mengakibatkan hasil fotosintat menjadi rendah. Menurut Nur Edy Suminarti 2010 menyatakan bahwa banyaknya pupuk N yang diaplikasikan ke tanah memberi kontribusi besar terhadap ketersediaan dan serapan N oleh tanaman. Tanaman dengan serapan N rendah, kandungan klorofil yang dihasilkan juga rendah, yang selanjutnya berpengaruh pula pada rendahnya kemampuan tanaman dalam melangsungkan aktivitas metabolismenya, terutama fotosintesis. Hal ini menjadi indikasi bahwa jika proses fotosintesis rendah maka akan menghasilkan fotosintat dalam jumlah yang rendah pula yang akan mengakibatkan hasil tanaman menjadi rendah. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi POC dan takaran pupuk nitrogen tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap diameter buah cabai rawit. Hasil analisis dapat dilihat secara rinci pada Tabel 5. Tabel 5. Pengaruh Konsentrasi POC dan Takaran Pupuk Nitrogen Terhadap Diameter Buah A = POC 0%, N 67,5 kg/ha B = POC 0%, N 90,0 kg/ha C = POC 0%, N 112,5 kg/ha D = POC 15%, N 67,5 kg/ha E = POC 15%, N 90 kg/ha F = POC 15%, N 112,5 kg/ha G = POC 20%, N 67,5 kg/ha H = POC 20%, N 90,0 kg/ha I = POC 20%, N 112,5 kg/ha J = POC 25%, N 67,5 kg/ha K = POC 25%, N 90,0 kg/ha L = POC 25%, N 112,5 kg/ha 6,75 7,12 7,04 6,93 7,05 6,94 6,91 6,94 6,74 6,85 6,93 7,09 Berdasarkan Tabel 5 menunjukan bahwa perlakuan konsentrasi POC dan takaran pupuk nitrogen tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap diameter buah cabai rawit. Hal ini diduga konsentrasi POC dan takaran pupuk nitrogen belum mampu memenuhi unsur hara yang dibutuhkan tanaman, pemupukan yang tepat sangat penting untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman dalam perkembangan vegetatif maupun generatif. Oleh karena itu diameter buah sangat erat hubungannya dengan pemupukan. Pupuk nitrogen salah satu manfaatnya untuk pembentukan klorofil yang sangat penting dalam proses fotosintesis. Menurut Kiki Waskito, Nurul Aini dan Koesriharti 2017 menyatakan jika proses fotosintesis meningkat dan menghasilkan fotosintat dalam jumlah yang banyak yang akan disimpan dalam bentuk karbohidrat dalam buah, banyaknya fotosintat yang terbentuk akan menyebabkan diameter buah dan panjang buah meningkat pula. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi POC dan takaran pupuk nitrogen tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang buah cabai rawit. Hasil analisis dapat dilihat secara rinci pada Tabel 6. Cayenne Pepper Capsicum frutescens L., Liquid Organic Fertilizer, Nitrogen Fertilizer. Vol. 7 No. 2, Oktober 201991 Tabel 6. Pengaruh Konsentrasi POC dan Takaran Pupuk Nitrogen Terhadap Panjang Buah A = POC 0%, N 67,5 kg/ha B = POC 0%, N 90,0 kg/ha C = POC 0%, N 112,5 kg/ha D = POC 15%, N 67,5 kg/ha E = POC 15%, N 90 kg/ha F = POC 15%, N 112,5 kg/ha G = POC 20%, N 67,5 kg/ha H = POC 20%, N 90,0 kg/ha I = POC 20%, N 112,5 kg/ha J = POC 25%, N 67,5 kg/ha K = POC 25%, N 90,0 kg/ha L = POC 25%, N 112,5 kg/ha 3,63 3,69 3,70 3,71 3,71 3,75 3,80 3,84 3,85 3,87 3,89 4,20 Berdasarkan Tabel 6 menunjukan bahwa perlakuan konsentrasi POC dan takaran pupuk nitrogen tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap panjang buah cabai rawit. Menurut Kiki Waskito, Nurul Aini dan Koesriharti 2017 menyatakan jika proses fotosintesis meningkat dan menghasilkan fotosintat dalam jumlah yang banyak yang akan disimpan dalam bentuk karbohidrat dalam buah, banyaknya fotosintat yang terbentuk akan menyebabkan diameter buah dan panjang buah meningkat pula. Artinya pembentukan panjang buah masih berkaitan dengan pembentukan diameter buah yang sama-sama dipengaruhi oleh fotosintat yang dihasilkan dari proses fotosintesis Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi POC dan takaran pupuk nitrogen tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot buah per tanaman dan bobot buah per petak cabai rawit. Hasil analisis dapat dilihat secara rinci pada Tabel 7. Tabel 7. Pengaruh Konsentrasi POC dan Takaran Pupuk Nitrogen Terhadap Bobot Buah per Tanaman dan Bobot Buah per Petak Bobot Buah per Tanaman g A = POC 0%, N 67,5 kg/ha B = POC 0%, N 90,0 kg/ha C = POC 0%, N 112,5 kg/ha D = POC 15%, N 67,5 kg/ha E = POC 15%, N 90 kg/ha F = POC 15%, N 112,5 kg/ha G = POC 20%, N 67,5 kg/ha H = POC 20%, N 90,0 kg/ha I = POC 20%, N 112,5 kg/ha J = POC 25%, N 67,5 kg/ha K = POC 25%, N 90,0 kg/ha L = POC 25%, N 112,5 kg/ha 43,83 58,78 39,58 37,42 46,58 49,49 38,86 56,29 33,64 42,73 43,88 48,74 620,00 844,00 654,00 575,67 730,00 707,67 645,33 702,67 533,67 667,33 752,67 773,33 Berdasarkan Tabel 7 menunjukan bahwa perlakuan konsentrasi POC dan takaran pupuk nitrogen tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot buah per tanaman dan bobot buah per petak cabai rawit. Hal ini dikarenakan bobot buah dipengaruhi oleh jumlah buah, diameter buah dan panjang buah, selain itu pengaruh POC dan nitrogen terhadap fase pertumbuhan sangatlah penting karena pada fase pertumbuhan seperti tinggi tanaman dan jumlah daun akan mempengaruhi hasil cabai rawit. Hal ini diduga konsentrasi POC dan takaran pupuk nitrogen belum mampu memenuhi kebutuhan tanaman cabai rawit, Selain di lokasi penelitian tidak terjadi turun hujan selama percobaan, sehingga kebutuhan air bagi tanaman sangat berkurang, walaupun dilakukan penyiraman setiap harinya namun kemungkinan belum mencukupi kebutuhan air bagi tanaman. Selain itu akibat dari tidak adanya hujan selama percobaan menjadikan kondisi lahan kering sehingga memungkinkan terjadinya evapotranspirasi, hal ini dapat mengganggu metabolisme tanaman juga unsur nitrogen dalam tanah diduga menguap sehingga kebutuhan unsur N kurang tepenuhi yang menyebabkan pertumbuhan maupun hasil tanaman menurun. Menurut Harin Eki Pramitasari, Tatik Wardiyati dan Mochammad Nawawi 2016 Suplai Nitrogen akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman, penampilan, warna, dan hasil tanaman. Sejalan dengan Eko Sulistyono, Suwarto dan Yulianti Ramadhani 2005 yang menyatakan evapotranspirasi merupakan peubah yang sangat berkaitan dengan produksi tanaman. Sehingga hal tersebut diduga menjadi penyebab mengapa konsentrasi POC dan takaran pupuk nitrogen tidak berpengaruh nyata terhadap bobot buah per tanaman maupun bobot buah per petak. Cayenne Pepper Capsicum frutescens L., Liquid Organic Fertilizer, Nitrogen Fertilizer. 92Vol. 7 No. 2, Oktober 2019 Korelasi Tinggi Tanaman Umur 21, 28, dan 35 HST Dengan Bobot Buah Per Petak Berdasarkan hasil perhitungan Uji Korelasi diketahui bahwa terdapat korelasi yang nyata antara tinggi tanaman umur 21 HST, 28 HST dan 35 HST dengan bobot buah per petak. Hasil uji korelasi dapat dilihat secara rinci pada Tabel 8. Tabel 8. Korelasi Tinggi Tanaman Umur 21, 28 dan 35 HST dengan Bobot Buah Per Petak Berdasarkan hasil perhitungan Uji Korelasi pada Tabel 8, menunjukan bahwa terdapat korelasi yang nyata antara tinggi tanaman umur 21 HST dengan bobot buah per petak, pada tinggi tanaman 21 HST nilai r = 0,34 dengan kategori r yaitu lemah dengan keterangan nyata. Pada tinggi tanaman umur 28 HST dengan bobot buah per petak terdapat korelasi yang nyata dengan nilai r = 0,45 dengan kategori r yaitu sedang, dengan keterangan nyata. Pada tinggi tanaman umur 35 HST dengan bobot buah per petak terdapat korelasi yang nyata dengan nilai r = 0,50 dengan kategori r yaitu sedang, dengan keterangan nyata. Menurut Surtinah 2007 semakin tinggi tanaman tomat maka berat buah semakin meningkat, semakin tinggi tanaman semakin banyak cabangnya dan semakin banyak bunga yang dihasilkan dari cabang-cabang tersebut Korelasi Jumlah Daun Umur 21, 28, dan 35 HST Dengan Bobot Buah Per Petak Berdasarkan hasil perhitungan Uji Korelasi diketahui bahwa tidak terdapat korelasi yang nyata antara jumlah daun dan bobot buah per petak umur 21 HST, tetapi berkorelasi nyata antara jumlah daun 28 HST dan 35 HST dengan bobot buah per petak. Hasil uji korelasi dapat dilihat secara rinci pada Tabel 9. Tabel 9. Korelasi Jumlah Daun Umur 21, 28 dan 35 HST dengan Bobot Buah Per Petak Berdasarkan hasil perhitungan Uji Korelasi pada Tabel 9, menunjukan bahwa tidak terdapat korelasi yang nyata antara jumlah daun umur 21 HST dengan bobot buah per petak, pada jumlah daun 21 HST nilai r = 0,23 dengan kategori r yaitu lemah dengan keterangan tidak nyata. Pada jumlah daun umur 28 HST dengan bobot buah per petak terdapat korelasi yang nyata dengan nilai r = 0,44 dengan kategori r yaitu sedang, dengan keterangan nyata. Pada jumlah daun umur 35 HST dengan bobot buah per petak terdapat korelasi yang nyata dengan nilai r = 0,51 dengan kategori r yaitu sedang, dengan keterangan nyata. Menurut Johan Ifantri dan Ardiyanto 2015 bahwa salah satu faktor penting penunjang terbentuknya buah secara sempurna adalah daun, daun memiliki peran yang sangat besar dalam menghasilkan buah yang maksimal. Korelasi Diameter Batang Umur 21, 28, dan 35 HST Dengan Bobot Buah Per Petak Berdasarkan hasil perhitungan Uji Korelasi diketahui bahwa tidak terdapat korelasi yang nyata antara diameter batang umur 21 HST, 28 HST 35 HST dengan bobot buah per petak. Hasil uji korelasi dapat dilihat secara rinci pada Tabel 10. Tabel 10. Korelasi Diameter Batang Umur 21, 28 dan 35 HST dengan Bobot Buah Per Petak Cayenne Pepper Capsicum frutescens L., Liquid Organic Fertilizer, Nitrogen Fertilizer. Vol. 7 No. 2, Oktober 201993 Berdasarkan hasil perhitungan Uji Korelasi pada Tabel 10, menunjukan bahwa tidak terdapat korelasi yang nyata antara diameter batang umur 21 HST dengan bobot buah per petak, pada diameter batang 21 HST nilai r = 0,09 dengan kategori r yaitu sangat lemah dengan keterangan tidak nyata. Pada diameter batang umur 28 HST dengan bobot buah per petak terdapat korelasi yang nyata dengan nilai r = 0,37 dengan kategori r yaitu lemah, dengan keterangan nyata. Pada diameter batang umur 35 HST dengan bobot buah per petak terdapat korelasi yang nyata dengan nilai r = 0,33 dengan kategori r yaitu lemah, dengan keterangan nyata. Hal ini sejalan dengan Fahrurrozi, Idarman Tarmizi, dan Bandi Hermawan 2009 yang menyatakan karateristik pertumbuhan tanaman cabai yang indeterminate memungkinkan terjadinya kompetisi pemanfaatan unsur nitrogen antara organ vegetatif dan organ generatif. D. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap pengaruh konsentrasi pupuk organik cair dan takaran pupuk nitrogen terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai rawit Capsicum frutescens L. Kultivar Dewata F1, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut 1. Kombinasi konsentrasi POC dan takaran pupuk nitrogen tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman 21, 28, dan 35 HST, jumlah daun 21, 28, dan 35 HST, diameter batang 28 dan 35 HST, jumlah buah per tanaman , diameter buah, panjang buah, bobot buah per tanaman dan bobot buah per petak pada cabai rawit Capsicum frutescens L. Kultivar Dewata F1. 2. Tidak ada konsentrasi POC dan takaran pupuk nitrogen terbaik untuk memperoleh hasil tanaman cabai rawit Capsicum frutescens L. Kultivar Dewata F1. 3. Terdapat korelasi yang nyata antara pertumbuhan tinggi tanaman pada umur 21, 28 dan 35 HST, jumlah daun 28, dan 35 HST serta diameter batang 28, dan 35 HST dengan bobot buah per petak Saran Berdasarkan hasil penelitian, dapat disarankan sebaiknya penelitiaan dilakukan di tempat yang mempunyai ketersediaan air yang cukup untuk kebutuhan tanaman cabai rawit. sehingga faktor lingkungan tidak menjadi faktor pembatas untuk tumbuh dan berkembangnya tanaman cabai rawit secara maksimal. DAFTAR PUSTAKA Abjad Asih Nawangsih, Heri Purwanto Imdad dan Agung Wahyudi. 2003. Cabai Hot Beauty. Penebar Swadaya. Jakarta. Ade Iwan Setiawan. 2007. Memanfaatkan Kotoran Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta. Adhis Dian Safitri, Riza Linda, Rahmawati. 2017. Aplikasi Pupuk Organik Cair POC Kotoran Kambing Difermentasikan dengan EM4 Terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Cabai Rawit Capsicum frutescents L. Var. Bara. Jurnal Protobiont. Vol. 6 3 182 – 187. Agus Supardi. 2011. Aplikasi Pupuk Cair Hasil Fermentasi Kotoran Padat Kambing Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi Brassica juncea sebagai Pengembangan Materi Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Alfiyan Arif, Arifin Noor Sugiharto dan Eko Widaryanto. 2014. Pengaruh Umur Transplanting Benih dan Pemberian Berbagai Macam Pupuk Nitrogen Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis Zea mays L. saccharata Sturt.. Jurnal Produksi Tanaman. Vol. 2 1 1 – 9. Arifin Fahmi, Syamsudin, Sri Nuryani H Utami dan Bostang Radjagukguk. 2010. Pengaruh Interaksi Hara Nitrogen dan Fosfor Terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung Zea mays L pada Tanah Regosol dan Latosol. Berita Biologi. Vol. 10 3 297 – 304. Asep Harpenas dan R Dermawan. 2011. Budi Daya Cabai Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta. Badan Pusat Statistik dan Diretktorat Jenderal Hortikultura. 2017. Produksi, Luas Panen dan Produktifvitas Cabai Rawit Lima Tahun Terkhir. Dalam diakses tanggal 03 Januari 2018. Bagus Herdy Firmanto. 2009. Budidaya Cabai Hibrida. CV Wacana Gelora Cipta. Bandung. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali. 2008. Membuat Pupuk Cair Bermutu dari Limbah Kambing. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Vol. 30 6 5 – 7. Bambang Cahyono. 2003. Cabai Rawit Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius. Yogyakarta. Bambang Supriyanto. 2013. Pengaruh Cekaman Kekeringan Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Gogo Lokal Kultivar Jambu Orysa sativa Linn. Jurnal Agrifor. Vol. XII 1 77 – 82. Eko Purwanto, Yacobus Sunaryo dan Sri Widata. 2019. Pengaruh Kombinasi Pupuk AB Mix dan POC Kotoran Kambing Terhadap Pertumbuhan dan Cayenne Pepper Capsicum frutescens L., Liquid Organic Fertilizer, Nitrogen Fertilizer. 94Vol. 7 No. 2, Oktober 2019 Hasil Sawi Brassica juncea L. Hidroponik. Jurnal Ilmiah Agroust. Vol. 2 1 11 – 24. Eko Sulistyono, Suwarto dan Yulianti Ramadhani. 2005. Defisit Evapotranspirasi sebagai Indikator Kekurangan Air pada Padi Gogo Oryza sativa L. Bul. Agron. Vol. 33 1 6 – 11. Elfin Efendi, Rita Mawarni dan Junaidi. 2017. Pengaruh Pemberian Pupuk Nitrogen dan Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Pakchoy Brassica rapa L.. Jurnal Penelitian Pertanian Bernas Vol. 13 2 44 – 50. Ellen Tjandra. 2015. Panen Cabai Rawit di Polybag. Cahaya Atma. Yogyakarta. Fahrurrozi, Idarman Tarmizi, dan Bandi Hermawan. 2009. Evaluasi Berbagai Dosis Nitrogen untuk Teknik Produksi Tanaman Cabai yang Menggunakan Mulsa. Jurnal Bionatura. Vol. 11 2 147 – 154. Ganda Darmono Nainggolan, Suwardi, dan Darmawan. 2009. Pola Pelepasan Nitrogen dari Pupuk Tersedia Lambat Slow Release Fertilizer Urea-Zeolit-Asam Humat. Jurnal Zeolit Indonesia. Vol. 8 2 89 – 96. Harin Eki Pramitasari, Tatik Wardiyati dan Mochammad Nawawi. 2016. Pengaruh Dosis Pupuk Nitrogen dan Tingkat Kepadatan Tanaman Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kailan Brassica oleraceae L.. Jurnal Produksi Tanaman. Vol. 4 1 49 – 56. Ida Setya Wahyu Atmaja, Ismail Saleh, R. Eviyati, dan Dodi Budirokhman. 2016. Kajian Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk NPK Terhadap Kualitas dan Mutu Jambu Biji Merah Psidium guajava L. Kultivar Getas pada Musim Kemarau. Agrovigor. Vol. 9 2 111 – 117. Johan Ifantri dan Ardiyanto. 2015. Pengaruh Jumlah Daun dan Jenis Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Melon Cucumis melo L.. Fakultas Pertanian. Universitas PGRI Yogyakarta. 1 – 14. Kemas Ali Hanafiah. 2001. Rancangan Teori dan Aplikasi, PT. Raja Grafindo. Jakarta. Kiki Waskito, Nurul Aini dan Koesriharti. 2017. Pengaruh Komposisi Media Tanam dan Pupuk Nitrogen Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Terong Solanum melongena L.. Jurnal Produksi Tanaman. Vol. 5 10 1586 – 1593. Mega Silvia, Gt. M. Sugian Noor, dan M. Ermayn Erhakav. 2012. Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabe Rawit Capsicum Frutescent L. Terhadap Pemberian Pupuk Kandang Kotoran Kambing pada Tanah Ultisol. Agroscientiae. Vol. 19 3 148 – 154. Miftah Anugrah Pamungkas dan Supijatno. 2017. Pengaruh Pemupukan Nitrogen Terhadap Tinggi dan Percabangan Tanaman Teh Camelia Sinensis L O. Kuntze untuk Pembentukan Bidang Petik. Bul. Agronomi. Vol. 5 2 234 – 241. Muhammad Syukur, Rahmi Yunianti, dan Rahmansyah Dermawan. 2016. Budidaya Cabai Panen Setiap Hari. Penebar Swadaya. Jakarta. Mul Mulyani Sutedjo. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Murniati, Setyono dan Sjarif. 2013. Analisis Korelasi dan Sidik Lintas Peubah Pertumbuhan Terhadap Produksi Cabai Merah Capsicum annum L.. Jurnal Pertanian. Vol. 3 2 111-122. Netti Nurlenawati, Asmanur Jannah, Nimih. 2010. Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Merah Capsicum annuum L. Varietas Prabu Terhadap Berbagai Dosis Pupuk Fosfat dan Bokashi Jerami Limbah Jamur Merang. Agrika. Vol. 4 1 9 – 20. Nur Edy Suminarti. 2010. Pengaruh Pemupukan N dan K pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Talas yang Ditanam di Lahan Kering. Akta Agrosia. Vol. 13 1 1 – 7. Outlook. 2016. Outlook Cabai. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian. Rahmat Rukmana. 2002. Usaha Tani Cabai Rawit. Kanisius. Yogyakarta. Resqi Hapsari Ramadhani, Moch. Roviq dan Moch. Dawam Maghfoer. 2016. Pengaruh Sumber Pupuk Nitrogen dan Waktu Pemberian Urea Pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis Zea mays Sturt. var. saccharata. Jurnal Produksi Tanaman. Vol. 4 1 8 – 15. Rino Anggi Wijaksono, Rijadi Subiantoro, dan Bambang Utoyo. 2016. Pengaruh Lama Fermentasi pada Kualitas Pupuk Kandang Kambing. Jurnal Agro Industri Perkebunan. Vol. 4 2 88 – 96. Sarjana Parman. 2007. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kentang Solanum tuberosum L.. Buletin Anatomi dan Fisiologi. Vol. XV 2 21 – 31. Sarmi Julita, Hercules Gultom dan Mardaleni. 2013. Pengaruh Pemberian Mikro Organisme Lokal MOL Nasi dan Hormon Tanaman Unggul Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Cabai Capsicum annum L.. Jurnal Dinamika Pertanian. Vol. XXVIII 3 167 – 174. Sarwono Hardjowigeno. 2015. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta. Setiadi. 2008. Cabai Rawit Jenis dan Budaya. Penebar Swadaya. Jakarta. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Alfabeta. Bandung. Sukmawati Suparhun, Muhammad Anshar, Yohanis Tambing. 2015. Pengaruh Pupuk Organik dan POC dari Kotoran Kambing Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi Brassica juncea L.. Jurnal Agrotekbis. Vol. 3 5 602 – 611. Sunu dam Wartoyo. 2006. Dasar hotrtikultura. UNS Pres. Surakarta. Surtinah. 2007. Kajian Tentang Hubungan Pertumbuhan Vegetatif dengan Produksi Tanaman Tomat Lycopersicum esculentum, Mill. Jurnal Ilmiah Pertanian. Vol. 4 1 1 – 9. Syaiful Rahman. 2014. Meraup Untung Bertanam Cabai Rawit dengan Polybag. Lily Publisher. Yogyakarta. Syefani dan A. Lilia. 2003. Pelatihan Pertanian Organik. Fakultas Pertanian Unibraw. Malang. Tim Penulis Agriflo. 2012. Cabai Prospek Bisnis dan Teknologi Mancanegara. Agriflo. Jakarta. Cayenne Pepper Capsicum frutescens L., Liquid Organic Fertilizer, Nitrogen Fertilizer. Vol. 7 No. 2, Oktober 201995 Trubus. 2011. Cabai. Trubus Swadaya. Jakarta. Untung Suwahyono dan Tim Penulis PS. 2014. Cara Cepat Buat Kompos dari Limbah. Penebar Swadaya. Jakarta. Wahyudi. 2010. Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran. Agromedia Pustaka. Jakarta. Wijaya. 2000. Analisis Statistik dengan Program SPSS Alfabeta. Bandung. Wijaya. 2000. Perancangan Percobaan. Fakultas Pertanian Unswagati. Cirebon ... Konsentrasi pemupukan didasarkan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wardiah 2014, diketahui konsentrasi yang paling efektif pada pertumbuhan tanaman pokcoy dengan perlakuan limbah cair cucian beras adalah konsentrasi 100% Wardiah, Linda and Rahmatan, 2014, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Rifaldy 2019 menyatakan bahwa perlakuan pupuk organik cair pada konsentrasi 15%, 20%, dan 25 % tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman cabai rawit Rifaldy, 2019. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti memilih konsentrasi 25%, 50%, 75% dan 100% untuk mengetahui apakah konsentrasi lebih kecil dan lebih besar dari kedua penelitian yang dilakukan sebelumnya dapat berpengaruh signifikan pada tanaman cabai rawit. ...Tiyara SafitriSri Sumarni Aris SantjakaBackground Reports show the prenatal anxiety of Indonesia reaches a percentage of of mothers experience anxiety. The COVID-19 pandemic influences pregnant mothers’ psychology, The physical, psychological, and spiritual balance of pregnant mothers should be healthily balanced. This healthy balance includes the childbirth process to avoid psychological interruption. The use of android application information for obstetric service could improve maternal quality by providing intervention autonomously. Method This Research & Development used True Experimental Pre and Post-test with Control Group Design. The intervention was with MiSIs-PreTy application to lose the anxiety of primipara pregnant mothers with Trimester III status on the experimental group for 7 days. Every day, the mothers received 30 minutes of implementation. The positive control group, on the other hand, received health education about childbirth preparation. The researchers took 30 respondents as the samples randomly. The data analysis was tested with non-parametric Wilcoxon and Mann Whitney tests. Results The experts’ validation about the developed application reliability obtained an average score of from six aspects. They were based on the ISO 9126 software’s quality, such as usability, reliability, functionality, efficiency, maintainability, and portability. The experiment used the given intervention for both groups. It was effective to lose the anxiety. The effectiveness for experimental group was p < while control group obtained p < However, the use of the developed application was more effective to lose the anxiety with an average score of 11,8±5,414 for the experimental group than the positive control group with 4,46±4,24. Conclusion The developed application, MiSIs-PreTy, was validated and revised to be more effective to lose the anxiety of pregnant mothers. Further researches could develop the findings by adding some variables, such as childbirth self-efficacy as the valid measuring tool to examine the pregnant mothers' belief to give SafitriSri Sumarni Aris SantjakaBackground Reports show the prenatal anxiety of Indonesia reaches a percentage of of mothers experience anxiety. The COVID-19 pandemic influences pregnant mothers’ psychology, The physical, psychological, and spiritual balance of pregnant mothers should be healthily balanced. This healthy balance includes the childbirth process to avoid psychological interruption. The use of android application information for obstetric service could improve maternal quality by providing intervention autonomously. Method This Research & Development used True Experimental Pre and Post-test with Control Group Design. The intervention was with MiSIs-PreTy application to lose the anxiety of primipara pregnant mothers with Trimester III status on the experimental group for 7 days. Every day, the mothers received 30 minutes of implementation. The positive control group, on the other hand, received health education about childbirth preparation. The researchers took 30 respondents as the samples randomly. The data analysis was tested with non-parametric Wilcoxon and Mann Whitney tests. Results The experts’ validation about the developed application reliability obtained an average score of from six aspects. They were based on the ISO 9126 software’s quality, such as usability, reliability, functionality, efficiency, maintainability, and portability. The experiment used the given intervention for both groups. It was effective to lose the anxiety. The effectiveness for experimental group was p < while control group obtained p < However, the use of the developed application was more effective to lose the anxiety with an average score of 11,8±5,414 for the experimental group than the positive control group with 4,46±4,24. Conclusion The developed application, MiSIs-PreTy, was validated and revised to be more effective to lose the anxiety of pregnant mothers. Further researches could develop the findings by adding some variables, such as childbirth self-efficacy as the valid measuring tool to examine the pregnant mothers' belief to give merupakan unsur hara esensial bagi tanaman sehingga kekurangan unsur tersebut menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh dengan normal. Nitrogen mudah hilang dari tanah sehingga perlu dikurangi kehilangannya dengan membentuk pupuk dalam bentuk tersedia lambat slow release. Beberapa bahan yang dapat digunakan untuk membuat slow release diantaranya adalah yang memiliki kapasitas tukar kation KTK tinggi. Zeolit dan asam humat merupakan bahan yang memiliki KTK sangat tinggi sehingga memungkinkan digunakan sebagai bahan slow release. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laju dan pola pelepasan nitrogen dari formula slow release fertilizer SRF campuran urea, zeolit dan asam humat UZA dan membandingkan laju pelepasan nitrogen dengan pupuk urea pril. Penelitian dilakukan di laboratorium dengan uji inkubasi selama 14 minggu. Penetapan kadar amonium dan nitrat dilakukan dengan mengekstrak tanah dengan metode destilasi ekstraktan KCl 1N + HCl Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi asam humat yang diberikan pada pupuk mengakibatkan pelepasan nitrogen menjadi amonium dan nitrat semakin lambat. Dari 5 jenis formula slow release fertilizer SRF yang mengandung asam humat, SRF H5 ureazeolit, 70%30% dengan kandungan humat 5% mempunyai laju pelepasan nitrogen paling lambat. Namun, dari 5 jenis pupuk SRF yang mengandung humat tersebut, pupuk SRF H1 dan H3 dengan kandungan humat 1% dan 3% mempunyai laju pelepasan nitrogen yang paling JulitaHercules GultomMardaleni MardaleniThe objective of this research was to examine the effect of giving Rice MOL and superior plant hormone on growth and yield of Chilli. The experiment was arranged using the completely randomized design with two factors. The first factor was rice MOL M, namely M0 without rice MOL, M1 50 cc/l water, M2 100 cc/l water, and M3 150 cc/l water.The second factor was application of superior plant hormone H, consisting of four factor, namely H0 without hormone, H11 cc/l water, H2 2 cc/l water, and H3 3 cc/l water. The parameters observed were plant height, flowering age, the first harvest age, fruit weight per plant, fruit weight per plot, and number of remaining fruit. Data were analyzed using statistical technique and continuing test of BNJ at 5% confident level. The results showed that the interaction of giving rice MOL and hormone had a significant effect on flowering age and harvest age with the best treatment M2H2 with days and M2H2 with days, respectively. The rice MOL alone gave a significant effect on flowering age, the first harvest age, econmic fruit weight per plant, and economic fruit weight per plot with the best treatment was M2. The superior plant hormone alone affected significantly plant height, flowering age, the first harvested age, economic fruit weight per plant, economic fruit weight per plot, and number of remaining uneconomic fruit per plant with the best treatment of ParmanLaboraatorium BiologiStruktur DanFmipa UndipThe research about influence of liquid fertilizer on Solanum tuberosum var granola has been done in research garden Getasan, Salatiga,. This research began on May 2001-August 2001. Thr parental Solanum tuberosum seed var granola which able from the farmer from Dieng plateau in Batur regency Banjarnegara district and liquid fertilizer Supra fromSurya Putra Alam Yogyakarta. Complate research design single factor is used, and continued with Duncan Multiple Range Test 5% for data analysis. Result indicated that liquid fertilixer 4 mg/l not influence on hight, fresh and dry weight potatos tuber Solanum tuberosum.. Liquid fertilizer by 3 mg/l – 4 mg/l caused fresh weight hight and bulbus diameters. Highly is given with constrentation liquid fertilizer 4 mg/l caused fresh wight than the other concentration, and not real defferent with the other given treatment with given fertilizer concentration 3 mg/ Evapotranspirasi sebagai Indikator Kekurangan Air pada Padi GogoEko SulistyonoYulianti Suwarto DanRamadhaniEko Sulistyono, Suwarto dan Yulianti Ramadhani. 2005. Defisit Evapotranspirasi sebagai Indikator Kekurangan Air pada Padi Gogo Oryza sativa L. Bul. Agron. Vol. 33 1 6 Pemberian Pupuk Nitrogen dan Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Pakchoy Brassica rapa LElfin EfendiRita Mawarni DanElfin Efendi, Rita Mawarni dan Junaidi. 2017. Pengaruh Pemberian Pupuk Nitrogen dan Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Pakchoy Brassica rapa L.. Jurnal Penelitian Pertanian Bernas Vol. 13 2 44 Berbagai Dosis Nitrogen untuk Teknik Produksi Tanaman Cabai yang Menggunakan MulsaIdarman FahrurroziTarmiziDan Bandi HermawanFahrurrozi, Idarman Tarmizi, dan Bandi Hermawan. 2009. Evaluasi Berbagai Dosis Nitrogen untuk Teknik Produksi Tanaman Cabai yang Menggunakan Mulsa. Jurnal Bionatura. Vol. 11 2 147 Dosis Pupuk Nitrogen dan Tingkat Kepadatan Tanaman Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kailan Brassica oleraceae L.Tatik Harin Eki PramitasariWardiyati Dan MochammadNawawiHarin Eki Pramitasari, Tatik Wardiyati dan Mochammad Nawawi. 2016. Pengaruh Dosis Pupuk Nitrogen dan Tingkat Kepadatan Tanaman Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kailan Brassica oleraceae L.. Jurnal Produksi Tanaman. Vol. 4 1 49 SetyaWahyu AtmajaIsmail SalehR EviyatiDodi BudirokhmanIda Setya Wahyu Atmaja, Ismail Saleh, R. Eviyati, dan Dodi Budirokhman. 2016. Kajian Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk NPK Terhadap Kualitas dan Mutu Jambu Biji Merah Psidium guajava L. Kultivar Getas pada Musim Kemarau. Agrovigor. Vol. 9 2 111 Jumlah Daun dan Jenis Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Melon Cucumis melo L.. Fakultas PertanianJohan Ifantri Dan ArdiyantoJohan Ifantri dan Ardiyanto. 2015. Pengaruh Jumlah Daun dan Jenis Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Melon Cucumis melo L.. Fakultas Pertanian. Universitas PGRI Yogyakarta. 1 Teori dan Aplikasi, PT. Raja GrafindoAli KemasHanafiahKemas Ali Hanafiah. 2001. Rancangan Teori dan Aplikasi, PT. Raja Grafindo. Jakarta.
Dikutipdari kanal YouTube Berkebun Sayur, Kamis (10/6/2021), berikut ini langkah-langkah membuat pupuk organik cair untuk menyuburkan tanaman cabai. Bahan-bahan . Dalam membuat pupuk organik cair, diperlukan campuran berbagai bahan sebagai berikut. Satu liter air dalam botol; Sebutir telur; satu ruas kunyit; dua sendok makan susu bubuk ; Baca juga: Beragam Hama dan Penyakit yang Sering Menyerang Tanaman Cabai . Cara pembuatan pupuk organik cair. 1. Haluskan kunyit. ABSTRAK Masalah yang dihadapi dalam pengembangan tnaman cabai adalah tingginya penggunaan pupuk anorganik ditingkat petani. Hal ini mendorong dilakukan penelitian yang menggunakan pupuk organik. Penelitian ini Bertujuan untuk menganalisis respon tanaman cabai merah pada penggunaan pupuk organik cair. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok RAK, yang terdiri dari lima perlakuan yaitu pemberian pupuk organik cair masing-masing 50 ml, 60 ml, 70 ml, 80 ml, 90 ml per liter air dan kontrol yang diulang masing-masing 5 kali sehingga terdapat 30 unit percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter tinggi tanaman dan jumlah daun berpengaruh nyata pada taraf Uji JBD 0,05 pada pengamatan umur 49 hari setelah tanam HST, pada perlakuan pupuk organik cair 70 ml memberikan hasil tertinggi terhadap tinggi tanaman dengan nilai 41,8 cm, dan parameter jumlah daun dengan nilai 191,8 helai, terhadap pertumbuhan tanaman. Parameter cabang produktif berpengaruh nyata pada perlakuan 50 ml, dengan nilai rata-rata tertinggi 21 unit, sedangkan umur berbungah paling cepat pada perlakuan 50 ml dengan nilai 35 HST dan paling lambat pada perlakukan 90 ml dengan nilai rata-rata 37,8 hari. Parameter rata-rata jumlah buah dan berat buah berpengaruh tidak nyata dengan memberikan rata-rata tertinggi pada 50 ml dengan nilai 30 buah dan 80 ml pada bobot berat buah dengan nilai 187 gr per pohon setiap polybag. Kata kunci Pertumbuhan; perkembangan; tanaman cabai; pupuk organik cair Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal Galung Tropika, 7 1 April 2018, hlmn. 1 - 10 ISSN Online 2407-6279 ISSN Cetak 2302-4178 RESPON PEMBERIAN BERBAGAI DOSIS PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN CABAI MERAH Response To Various Dosage of Liquid Organic Fertilizer Application To Growth and Cultivation of Red Chili Makmur Email Fakutas Pertanian dan Kehutanan, Universitas Sulawesi Barat Alamat Jl Prof. Dr. Baharuddin Lopa, SH., Talumung, Majene Sulawesi Barat Telepon/Fax 0422 22559, 270059 Magfirah Email magfirahmuchlis Prodi Ekonomi, Fakultas Ekonomi Universitas Sulawesi Barat Jl. Prof. Dr. Baharuddin Lopa, SH., Talumung, Majene Sulawesi Barat Telepon/Fax 0422 22559, 270059 ABSTRAK Masalah yang dihadapi dalam pengembangan tanaman cabai adalah tingginya penggunaan pupuk anorganik di tingkat petani. Hal ini mendorong dilakukan penelitian yang menggunakan pupuk organik. Penelitian ini Bertujuan untuk menganalisis respon tanaman cabai merah pada penggunaan pupuk organik cair. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok RAK, yang terdiri dari lima perlakuan yaitu pemberian pupuk organik cair masing-masing 50 ml, 60 ml, 70 ml, 80 ml, 90 ml per liter air dan kontrol yang diulang masing-masing 5 kali sehingga terdapat 30 unit percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter tinggi tanaman dan jumlah daun berpengaruh nyata pada taraf Uji JBD 0,05 pada pengamatan umur 49 hari setelah tanam HST, pada perlakuan pupuk organik cair 70 ml membrikan hasil tertinggi terhadap tinggi tanaman dengan nilai 41,8 cm; dan parameter jumlah daun dengan nilai 191,8 helai, terhadap pertumbuhan tanaman. Parameter cabang produktif berpengaruh nyata pada perlakuan 50 ml nilai rata-rata tertinggi 21 unit, sedangan umur berbungah paling cepat pada perlakuan 50 ml dengan nilai 35 HST dan paling lambat pada perlakuan 90 ml dengan nilai rata-rata 37,8 hari. Parameter rata-rata jumlah buah dan berat buah berpengaruh tidak nyata dengan memberikan rata-rata tertinggi pada 50 ml dengan nilai 30 buah dan 80 ml pada bobot berat buah dengan nilai 187 gr per pohon setiap polybag. Kata kunci pertumbuhan; pekembangan; tanaman cabai; pupuk organik cair. ABSTRACT One problem faced on cultivation of Red Chili is extensive use of inorganic fertilizer on the farm level. This research is meant to analysis the respone of organic foliar fertilizer application to growth & cultivation of red chili plant. This research is meant to analysis response of Red Chili on use organic fertilizer. Method employed in this 2 Makmur dan Magfirah experiment is Random Group Design RGD, which consists of five treatments with each planting media supplied 50 ml, 60 ml, 70 ml, 80 ml, 90 ml per liter water and control, and repeating each media 5 times to meet total experiment of 30 units. The Research Result found that parameter of plant height and leaves quantitiy had a significant effect on test level of JBD 0,05 at observation age 49 days post planting HST showing a highest average result on treatments 70 ml consecutively with value cm in application of organic fertilizer;. Parameter of leaves quantity showed observation of ages 49 HST with highest average score 90 ml, namely sheet. Parameter of productive branch had a significant effect on treatment 50 ml with highest average score 21 unit, while the fastest age flowering is on treatment 50 ml with result 35 HST and the slowest is on treatment 90 ml with average result days. Parameter of average fruit quantity and fruit weight showed no significant effect and giving highest average on 50 ml with result of 30 fruits and 80 ml on the weight of the fruit with result of 187 gr per tree every polybag. Keywords growth; cultivation response; chili plant; organic foliar fertilizer. PENDAHULUAN Cabai merah Capsicum annum L. merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial. Cabai memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap juga memiliki nilai ekonomis tinggi yang banyak digunakan baik untuk konsumsi rumah tangga maupun untuk keperluan industri makanan. Kebutuhan cabai terus meningkat setiap tahun sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya industri yang membutuhkan bahan baku cabai dari produsen. Cabai merah merupakan salah satu komoditas dengan harga yang sangat berfluktasi, apalagi menjelang hari raya. Menurut Rans 2005, daerah sentra penanaman cabai di Indonesia tersebar di beberapa daerah mulai dari Sumatera Utara, Sulawesi Selatan. Produksi cabai merah yang dihasilkan rata-rata 841,015 ton per tahun. Pulau Jawa memasok cabai merah seMerah 484,36 ton sedangkan sisanya dari luar Jawa. Secara skala nasional rata-rata hasil per hektar masih tergolong rendah yaitu 48,93 kuintal per hektar dengan luas panen Merah 171,895 ha. Usahatani cabai yang berhasil memang menjanjikan keuntungan yang menarik, tetapi untuk mengusahakan tanaman cabai diperlukan keterampilan dan modal cukup memadai. Untuk mengantisipasi kemungkinan kegagalan diperlukan keterampilan dalam penerapan pengetahuan dan teknik budidaya cabai sesuai dengan daya dukung. Secara umum tanaman memerlukan unsur hara untuk pertumbuhan dan produksi yang baik. Tanpa ketersediaan unsur hara yang cukup dalam tanah maka pertumbuhan tanaman akan terlambat dan produksinya akan berkurang. Agar tanaman cabai merah tumbuh dengan optimal, maka pemupukan yang tepat dan benar sangat diperlukan. Pemupukan adalah salah satu paket teknologi yang mampu menaikkan produksi tanaman dan mempunyai peranan penting dalam peningkatan produksi tanaman. Hal ini mendorong dilakukan penelitian tentang respon penggunaan pupuk organik cair POC terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabai merah. Respon Pemberian Berbagai Dosis Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan dan 3 Perkembangan Cabai Merah METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di Desa Galung Lombok Kecamatan Tinambung Kab. Poewali Mandar, mulai April hingga Agustus 2017. Bahan dan Alat Adapun bahan yang digunakan adalah bibit cabai merah, tanah, pasir, pupuk kandang dengan jumlah yang sama sebanyak, pupuk organik cair sebanyak 1 botol, Bibit cabai merah. Tali rapiah polybag ukuran 30 x 40 cm, dari pengaman atau pagar, patok plot dan papan nama atau baliho. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah cangkul, selan air, gembor, pisau, hand sprayer, meteran, kalkulator, alat tulis menulis dan timbangan analitik, kamera. Metode Metode yang digunakan pada percobaan ini adalah Rancangan Acak Kelompok RAK, yang terdiri dari lima perlakuan pemberian pupuk organik cair POC, yaitu kontrol tanpa perlakuan, 50 ml pupuk organik cair/liter air, 60 ml pupuk organik cair /liter air, 70 ml pupuk organic cair /liter air, 80 ml pupuk organik cair/liter air, dan 90 ml pupuk organic cair/liter air. Setiap perlakuan diulang 5 kali sehingga terdapat 30 unit percobaan dan kontrol. Persiapan Media Tanam Media tanam berupa tanah diambil dengan kedalaman 15 cm, yang kemudian dihaluskan kemudian dicampur pasir dan pupuk kandang dengan komposisi 11, dimasukkan kedalam polybag yang berukurang 30 cm x 40 cm. Lalu diletakkan sesuai dengan denah percobaan dilapangan. Penanaman dan Pemeliharaan Sehari sebelum penanaman, dilaksanakan penyiraman media sampai jenuh. Dibuat lubang tanam 5-7 cm kemudian bibit cabai merah ditanam yang sebelumnya disiram dulu. Penanaman dilakukan pada pagi atau sore hari dimana matahari tidak terlalu terik untuk menghindari stress pada tanaman, selanjutnya pemberian label pada setiap media tanaman secara acak. Pemeliharaan dilakukan dengan penyiraman setiap hari pagi sore, pemasangan ajir bambu guna menopang tanaman agar berdiri tegak, tunas tunas muda yang tumbuh pada ketiak daun dihilangkan. Parameter Pengamatan 1 Tinggi tanaman cm. Pengamatan tinggi tanaman dilakukaan dengan cara mengukur batang utama tanaman dari atas permukaan media tumbuh sampai titik tumbuh setiap minggu. 2 Jumlah daun helai. Pengamatan dilakukan setiap minggu. 3 Umur tanaman saat berbunga hari. Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung umur tanaman dari saat tanam sampai tanaman membentuk bunga. 4 Jumlah cabang produktif unit. Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung jumlah cabang tanaman yang menghasilkan bunga dan buah. Pengamatan dilakukan pada saat tanaman berumur 9 minggu setelah 4 Makmur dan Magfirah tanam atau tanaman telah mulai berbunga. 5 Jumlah Buah buah. Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung Jumlah buah cabai merah yang dipanen dicatat setiap 5 hari sekali untuk 5 kali pemanenan. 6 Bobot Buah g. Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung Cabai yang akan di panen ditimbang beratnya selama 5 kali panen dengan interval panen 5 hari sekali. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 1. Tinggi Tanaman cm Hasil rata-rata jumlah daun tanaman cabai pada umur 49 HST dapat dilihat pada Tabel 1. Perlakuan pemberian pupuk organik cair dengan dosis 70 ml per liter air umur 49 hari setelah tanam memberikan nilai rata-rata tertinggi dengan nilai 41,8 cm terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, tetapi tidak berbeda sangat nyata dengan kontrol, 50 ml dan 60 ml. 2. Jumlah Daun helai Hasil rata-rata jumlah daun tanaman cabai pada umur 49 HST dapat dilihat pada Tabel 2. Perlakuan pemberian pupuk organik cair dengan dosis 90 ml/l pada umur 49 hari setelah tanam memberikan nilai rata-rata tertinggi dengan nilai 191,8 helai terhadap pertumbuhan jumlah daun tetapi tidak berbeda nyata dengan kontrol, 50 ml, 80 ml dan 90 ml. Respon Pemberian Berbagai Dosis Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan dan 5 Perkembangan Cabai Merah 3. Jumlah Cabang Produktif unit Hasil rata-rata jumlah cabang produktif dapat dilihat pada Tabel 3. Pemberian pupuk organik cair dengan dosis 50 ml per liter air memberikan nilai rata-rata tertinggi dengan nilai 25 unit terhadap jumlah cabang produktif, dan berbeda nyata dengan kontrol, 60 ml, 70 ml, 80 ml dan 90 ml pada taraf uji JBD 5%. 4. Umur Waktu Berbunga hari Hasil rata-rata waktu berbunga dapat dilihat pada Tabel 4. Perlakuan pemberian pupuk organik cair dengan dosis 90 ml per liter air memberikan nilai rata-rata tertinggi 37,8 hari terhadap waktu berbunga dan berbeda nya pada 50 ml dan 60 ml, tetapi tidak berbeda nyata dengan 70 ml, 80 ml, dan kontrol. 5. Rata-rata Jumlah Buah unit Hasil rata-rata jumlah buah dilihat pada Gambar 1. Perlakuan pemberian pupuk organik cair dengan dosis 50 ml per liter air memberikan nilai rata-rata tertinggi dengan nilai 30 buah terhadap jumlah buah tanaman diikuti dengan perlakuan 70 ml, 60 ml, 90 ml dan 80 ml dan terendah pada kontrol dengan nilai 18 buah. 6. Rata-rata bobot Berat Buah gr Hasil rata-rata berat buah dapat dilihat pada Gambar 2. Hasil rata-rata Jumlah Buah Cabai Merah menunjukkaan bahwa hasil tertinggi pada perlakuan 80 ml berbagai dosisi pupuk cair dengan nilai 187 gr perpohon perpolybag, diikuti Perlakuan 70 ml. 90 ml, 50 ml, 60 ml serta terendah pada kontrol dengan nilai 97 gr. 6 Makmur dan Magfirah Pembahasan Perlakuan pemberian pupuk organik cair dengan dosis 70 ml per liter air umur 49 hari setelah tanam memberikan nilai rata-rata tertinggi dengan nilai 41,8 cm terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, tetapi tidak berbeda sangat nyata dengan kontrol, 50 ml dan 60 ml Tabel 1. Umur 49 HST pada perlakuan 70 memberikan nilai rata-rata tertinggi dengan nilai 191,8 helai terhadap pertumbuhan jumlah daun tetapi tidak berbeda nyata dengan kontrol, 50 ml, 80 ml dan 90 ml Tabel 2. Hal ini di duga bahwa pemberian berbagai berbagai dosis pupuk organik cair yang berbeda pada tanaman cabai maka dapat Respon Pemberian Berbagai Dosis Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan dan 7 Perkembangan Cabai Merah memberikan dampak pertumbuhan yang berbeda terhadap tanaman cabai pula. Dalam produksi tanaman, suplai hara optimal biasanya dilakukan melalui pemupukan. Aplikasi pemberian pupuk yang rasional membutuhkan informasi jumlah hara yang tersedia dalam tanah serta status nutrisi pada jaringan tanaman. Penggunaan pupuk berimbang harus mempertimbangkan dua poin penting, yaitu dosis dan rasio nutrisi. Jika salah satu nutrisi hadir dalam jumlah besar mungkin akan menekan serapan dari beberapa nutrisi lain dan merugikan hasil panen. Nasaruddin & Musa 2012, produksi suatu tanaman ditentukan oleh kegiatan yang berlansung dalam sel dan jaringan tanam. Untuk mencapai jumlah produksi/hasil yang besar harus diusahakan agar pertumbuhan bagian tanaman mempunyai nilai ekonomis meningkat. Franklin dkk. 1991 Pertumbuhan dan Perkembangan tanaman merupakan proses yang penting dalam kehidupan dan perkembangbiakan suatu spesies. Pertumbuhan dan perkembangan berlansung secara terus menerus sepanjang daur hidup, berlasung pada ketersediaan meristem, hasil assimilasi, hormon dan substansi pertumbuhan lainnya, serta lingkungan yang mendukung. Pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan dapat dipengaruhi oleh Faktor luar seperti cahaya, temperatur, air, garam-garam mineral, iklim, gravitasi bumi, dan Faktor dalam seperti genetic dan hormon-hormon yang terlibat dalam pertumbuhan tanaman yang berfungsi secara fisiologis mengendalikan arah dan kecepatan tumbuh bagian-bagian dari tumbuhan. Perlakuan pemberian pupuk organik cair dengan dosis 90 ml per liter air memberikan nilai rata-rata tertinggi 37,8 hari terhadap waktu berbunga dan berbeda nyata pada kontrol dan 50 ml, tetapi tidak berbeda nyata dengan 80 ml dan 70 ml, dan paling rendah 50 ml selama 35 hari Tabel 3. Pada parameter ini menunjukkan yang paling cepat berbunga perlakuan 50 ml dosis 50 ml per liter air dan paling lambat pada perlakuan 90 ml per liter air, ini artinya bahwa respon tanaman dari berbagai dosis pupuk organik respon minimal, optimal, maksimal dan toksit. Hal ini penting diketahui untuk penggunaan pupuk berimbang harus mempertimbangkan dua poin penting, yaitu dosis dan rasio nutrisi. Jika salah satu nutrisi hadir dalam jumlah besar mungkin akan menekan serapan dari beberapa nutrisi lain dan merugikan hasil panen Nasaruddin & Musa, 2012. Perlakuan pemberian berbagai dosis pupuk organik cair dengan dosis 50 ml per liter air memberikan nilai rata-rata tertinggi dengan nilai 25 unit terhadap jumlah cabang produktif, dan berbeda nyata dengan kontrol, 60 ml, 70 ml, 80 ml dan 90 ml Tabel 4. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian berbagai dosis pupuk pada tanaman cabai maka memberikan pula berbagai jumlah pertumbuhan cabang yang berbeda. Tanaman yang sedang tumbuh, terlihat dengan adanya pembentukan organ-organ baru, misalnya daun semakin banyak, akar semakin panjang dan bertambah banyak. Melihat arah pertumbuhan, tanaman tumbuh pada kedua arah, akar ke bawah menuju ke bumi, sedangkan daun serta batang 8 Makmur dan Magfirah menuju ke atas. Secara umum pertumbuhan dan pekembangan pada tumbuhan diawali untuk stadium zigot yang merupakan hasil pembuahan sel kelamin betina dengan jantan. Pembelahan zigot menghasilkan jaringan meristem yang akan terus membelah dan mengalami diferensiasi. Diferensiasi adalah perubahan yang terjadi dari keadaan sejumlah sel, membentuk organ-organ yang mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda Lakitan, 1995. Perlakuan pemberian pupuk organik cair dengan dosis 50 ml per liter air memberikan nilai rata-rata tertinggi dengan nilai 30 buah terhadap jumlah buah tanaman cabai diikuti dengan perlakuan 70 ml, 60 ml, 90 ml serta 80 ml dan terendah pada kontrol dengan nilai 18 buah Gambar 1. Hasil rata-rata jumlah buah cabai merah menunjukkaan bahwa hasil tertinggi pada perlakuan dengan dosis 80 ml pupuk organik cair per liter air dengan nilai 187 gr, diikuti Perlakuan 70 ml, 90 ml, 50 ml dan 60 ml serta terendah pada kontrol dengan nilai 97 gr Gambar 2, ini terlihat bahwa pemberian pupuk organik cair dengan dosis yang berbeda memberikan pula respon hasil yang berbeda. Hal ini sejalan dengan Nurahmi dkk 2011, penggunaan pupuk organik merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan produksi cabai. Pupuk organik cair kebanyakan diaplikasikan melalui daun atau disebut sebagai pupuk cair foliar. Pupuk ini mengandung hara makro dan mikro esensial N, P, K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan organik. Pupuk cair lebih mudah terserap oleh tanaman karena unsur-unsur di dalamnya sudah terurai. Hal ini sesuai Andayani 2007, yang menyatakan bahwa tumbuhan mempunyai suatu kisaran toleransi tertentu terhadap kondisi lingkungan. Oleh karena itu, sebahagian tanaman dapat berhasil tumbuh pada kondisi lingkungan yang beraneka ragam sehingga dapat diperoleh hasil yang maksimal. Manfaat dari pemberian pupuk cair organik adalah dapat merangsang pertumbuhan tunas baru serta sel-sel tanaman, memperbaiki sistem jaringan sel dan memperbaiki sel-sel rusak, memperbaiki klorofil pada daun, merangsang pertumbuhan kuncup bunga, memperkuat tangkai serbuk sari pada bunga dan memperkuat daya tahan pada tanaman. Menurut Kemas 2002, bahwa semua unsur hara mempunyai efek yang sama-sama merugikan pertumbuhan apabila kurang atau tidak tersedia bagi tanaman. Menurut Musnamar 2003, bahwa kandungan unsur hara dalam pupuk organik tidak dapat lebih unggul dari pada pupuk anorganik. Namun penggunaan pupuk organik secara terus-menerus dalam waktu tertentu akan menjadikan kualitas tanah lebih baik dibanding penggunaan pupuk anorganik. Selain itu penggunaan pupuk organik tidak akan meninggalkan residu pada hasil tanaman sehingga aman bagi kesehatan manusia. Pupuk organik mempunyai fungsi yang penting yaitu untuk menggemburkan lapisan tanah, meningkatkan populasi jasad remik, mempertinggi daya serap dan daya simpan air, yang keseluruhannya dapat meningkatkan kesuburan tanah. Penggunaan pupuk organik yang bermanfaat bagi peningkatan produksi Respon Pemberian Berbagai Dosis Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan dan 9 Perkembangan Cabai Merah pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Penggunaan pupuk organik dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan. Sedangkan Sutedjo 2002, bahwa pupuk organik mampu menjadi solusi dalam mengurangi aplikasi pupuk anorganik yang berlebihan dikarenakan adanya bahan organik yang mampu memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Hal ini sejalan dengan Syukur 2016, bahwa pemberian pupuk organik diperlukan untuk memperbaiki struktur tanah yang berguna dalam proses penguraian bahan organik menjadi bahan yang tersedia bagi tanaman. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa parameter tinggi tanaman dan jumlah daun berpengaruh nyata pada tarah Uji JBD 0,05 pengamatan umur 49 hari setelah tanam HST, dengan perlakuan pupuk organik cair 70 ml per liter air, memberikan hasil tinggi terhadap tinggi tanaman dengan nilai 41,8 cm dan jumlah daun 191,8 helai terhadap pertumbuhan tanaman. Parameter cabang produktif dan umur berbunga berpengaruh nyata pada berbagai perlakuan pupuk organik cair pada perlakuan 50 ml dengan nilai rata-rata jumlah cabang tertinggi 21 unit, dan umur berbungah paling cepat dengan nilai 35 HST dan paling lambat pada perlakuan 90 ml dengan nilai rata-rata 37,8 hari. Parameter rata-rata jumlah buah dan berat buah berpengaruh tidak nyata dengan memberikan rata-rata tertinggi pada 50 ml dengan nilai 30 buah dan 80 ml pada bobot berat buah dengan nilai 187 gr per pohon per polybag. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini maka di sarankan pada peneliti dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan melakukan uji coba langsung dilapangan produksi. Hasil penelitian yang telah dilaksanakan sebaiknya menggunakan pupuk organik cair dengan dosis 50 ml dan 80 ml per liter air karena perlakuan ini memberikan hasil terbaik pada produksi tanaman cabai merah. DAFTAR PUSTAKA Andayani, K. 2007. Respons Selada Lactuca sativa L. Terhadap Pupuk Daun Plant Catalyst 2006. Skripsi Fakultas Pertanian Unsyiah. Banda Aceh. Nurahmi E., T. Mahmud & Sylvia Rossiana S. 2011. Efektivitas Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Cabai Merah. Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh, Jurnal Floratek 6 158 – 164. Franklin P., Gardner R., Brent Pearce., & Roger L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman. Budidaya. Universitas Indonesia. Jakarta. Lakitan, B. 1995. Hortikultura I. Teori Budi Daya dan Pasca Panen. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 10 Makmur dan Magfirah Kemas A. H. 2002. Dasar-dasar Ilmu Raja GrafindoPersada. Jakarta. Musnamar, 2003. Pupuk Organik Cair dan Padat, Pembuatan, Aplikasi. Penebar Swadaya, Jakarta. Nasaruddin & Y. Musa. 2012. Nutrisi Tanaman. Masagena Press. Makassar. Rans. 2005. Cabai Capsicum spp. Sumber diakses 17 April 2016. Sutedjo, M. M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta. Syukur, M. 2016. 8 Kiat Sukses Panen Cabai Sepanjam Musim. Agromedia. Jakarta. ... Hal lain yang diduga menjadi penyebab tidak berpengaruh-nya PGPR terhadap berat basah tanaman bawang daun, diduga selain PGPR tanaman bawang daun memerlukan nutrisi tambahan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman itu sendiri dengan dosis yang sesuai agar pertumbuhan tanaman akan semakin baik seperti pupuk cair organik. sejalan dengan pendapat Makmur 2018 menyatakan bahwa penggunaan pupuk cair pada tanaman harus seimbang karena dapat mempengaruhi hasil panen, termasuk berat basah pada tanaman bawang daun. ...... Hal tersebut diduga belum optimalnya dosis yang diberikan antara kombinasi PGPR dan LCN yang diberikan sehingga hanya berpengaruh pada tinggi tanaman dan jumlah anakan per rumpun. Sejalan dengan pendapat Makmur 2018 menyatakan bahwa penggunaan pupuk harus seimbang dengan memperhatikan sosis dan rasio nutrisi. Apabila salah satu nutrisi diberikan dalam jumlah yang banyak maka akan menekan penyerapan nutrisi yang lainnya dan berakipat pada kerugian atau tidak berpengaruh terhadap berat basah yang dihasilkan dan pertambahan ukuran lingkar batang semu tanaman bawang daun. ...Increasing agricultural crop production, especially onion, can be done by improving the optimal growing environment for plants. Plant roots can be optimized for the absorption of nutrients and water in the process of photosynthesis. One way that can be used is by applying Plant Growth Promoting Rhizobacteria PGPR. In addition to increasing the content of micro and macro elements in the soil can also support the growth of leek plants obtained by applying Pineapple Liquid Waste LCN made using bacterial isolation and can meet the needs of nutrients in plants. This study aims to determine the effect Plant Growth Promoting Rhizobacteria PGPR from Apus Gigantochola apus bamboo root and Pineapple Liquid Waste LCN fertilizer on the growth of leeks Allium fistulosum L., then the results of this study are treated as community information in the form of Leaflets. The method used in this study was an experiment using a Completely Randomized Design CRD system consisting of 4x4 factorials with 3 replications. Based on the results of calculations and data analysis, the results show that there is an effect of PGPR and LCN on the growth of scallions on the height and number of tillers per scallion plant family, but there is no influence on pseudo stem circumference and wet weight per scallion plant family, and the results of this study can be used as a source of public information in the form of leaflets with an average percentage included in good eligibility criteria.... Apabila unsur hara N tercukupi, maka hormon auksin akan terpacu untuk bekerja sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman. Makmur 2018 menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh kegiatan yang berlangsung dalam sel dan jaringan tanaman. Tanaman tumbuh subur apabila segala unsur hara yang dibutuhkan tersebut tercukupi atau tersedia dalam bentuk yang sesuai sehingga akan diserap. ...... POC fertilizer application for red chili plantations is carried out by contract farmers with a dose of 80 ml per liter of water so that the red chili crop contract farmers experience optimal growth. The fertilizer dosage given by farmers is by research conducted by Makmur & Magfirah 2018, that the growth of red chilies will be optimal in administering 50 ml and 80 ml POC fertilizer doses per liter of water. ...Diah AngreheniRahim DarmaL AsrulContract farming refers is to carry out the agreement between the buyer and the farmer to reduce risk for both parties. Red chili is rotten, damaged, and has a large shrinkage, causing production, quality and price risks. The study provide an empirical analysis of the impact of contract farming on chili cultivation and postharvest practice. The field survey was conducted in Magelang District as the one of the production centers of red chillies in West Java. Data collected from 40 farmers for contract and 45 farmers for noncontract. The results of the study indicated that the cultivation and post-harvest practices on contract farmers are better in quality, as well as in quantity compared to non-contract farmers. In contract farming, cultivation and post-harvest practices done by farmers are controlled by growers as representatives of the company. Tight control over the products produced by farmers generates not only for the better quality, but also the increase chili farm productivity. Contract farming is recomended to apply other agricultural commodities, specially for high risk commodity which has wid price fluctuation, high quality variation, and susceptible to climate HelgaHandoko Santoso Agus SutantoPepper cultivation has not been maximally empowered by the community because paprika chili will grow well at a temperature of 210C degrees Celsius to a temperature of 270C. This study aims to determine the effect of using compost and pumakal liquid fertilizer from pineapple waste on the growth of paprika chili from the results of article review. This research is a qualitative research with several articles related to the effect of liquid waste on the growth of paprika plants. Results Based on the research that has been done, there is a significant effect of using compost and pumacal liquid fertilizer from pineapple waste on the growth of chili chili is one of the strategic horticultural commodities in Indonesia. Improved cultivation technology is required to increase the production of red chili. This research aim to determines the optimal dosage of arbuscular mycorrhizal fungi AMF and the concentration of liquid organic fertilizer LOF to increase the growth and yield of red chili. The research was designed in a Factorial Randomized Complete Block. The first factor was mycorrhizae with three dosages levels 0, 5, and 10 g plant ⁻¹ . The other factor was liquid organic fertilizer with 4 level concentrations of 0, 5, 10, and 15 ml l ⁻¹ . The result shows that mycorrhizal inoculation increase the root absorption area. Liquid organic fertilizer increased nutrient sources for plants and improved the physical, biological, and chemical soil. Mycorrhizal inoculation and LOF improved the growth of red chili, there were plant height, number of branches, stem diameter, header width, and leaf area index. The yield components also increased the number of fruit, fruit length, fruit weight, and productivity. The highest productivity was resulted by the treatment of AMF 10 g plant ⁻¹ and 15 ml l ⁻¹ LOF t ha ⁻¹ , that was 33% higher than without Fatimah Batubara Agung Budi SantosoKhadijah El RamijaThe North Sumatera province has the fifth largest goat population in Indonesia after Central, East, Lampung and West Java. Meanwhile, solid and liquid goat manures have great potential as a source of organic fertilizer. Therefore, this study aims to examine the potential of goat manure as a source of organic fertilizer and its role in improving soil quality, growth and crop production. The data were collected from the Central Bureau of Statistics and the results of previous studies. Furthermore, the potential of goat manure was calculated by multiplying the total goat population in North Sumatra by the goat manure production /head/day and converted to one year. The parameter measured was the total goat population in North Sumatera, goat manure production/head/day, and the covered agricultural land area. The results showed that goat manure only fulfilled of the agricultural land area in North Sumatera. In addition, the case study in Deli Serdang District showed that the application of goat manure compost with biourine and balanced inorganic fertilizers increased red chilies’ productivity by 46%. Therefore, it was concluded that the potential of goat manure as organic fertilizer is still very low. Pauliz Budi HastutiThe purpose of this study was to determine the effect of various concentrations of liquid organic fertilizer from market waste on the growth and N uptake of oil palm leaves seedlings in pre-nursery. This experiment used a completely randomized design with ten replications. There were eight treatments namely 15%, 25%, 35%, 45%, 55%, 65%, chemical fertilizer NPKMg and urea as control and solid compost. The results showed that the application of liquid organic fertilizer at concentrations of 35% to 45% and solid compost gave the highest stem diameter and N uptake of oil palm leaves. The application of liquid organic fertilizer from a concentration of 25% to 45% and solid compost gives the highest dry weight and leaves of oil palm seedlings. Application of liquid organic fertilizer with a concentration of 45% to 65%, solid compost, or chemical fertilizer produces the highest amount of Selada Lactuca sativa L. Terhadap Pupuk Daun Plant CatalystK AndayaniAndayani, K. 2007. Respons Selada Lactuca sativa L. Terhadap Pupuk Daun Plant Catalyst 2006. Skripsi Fakultas Pertanian Unsyiah. Banda Aceh. Nurahmi E., T. Mahmud & Sylvia Rossiana S. 2011. Efektivitas Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Cabai Merah. Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh, Jurnal Floratek 6 158 I. Teori Budi Daya dan Pasca Panen. Raja Grafindo PersadaB LakitanLakitan, B. 1995. Hortikultura I. Teori Budi Daya dan Pasca Panen. Raja Grafindo Persada. Ilmu Raja GrafindoPersadaA H KemasKemas A. H. 2002. Dasar-dasar Ilmu Raja GrafindoPersada. Organik Cair dan Padat, Pembuatan, Aplikasi. Penebar SwadayaE I MusnamarMusnamar, 2003. Pupuk Organik Cair dan Padat, Pembuatan, Aplikasi. Penebar Swadaya, 2005. Cabai Capsicum spp. Sumber diakses 17 April dan Cara Pemupukan. Rineka CiptaM M SutedjoSutedjo, M. M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Selada Lactuca sativa L. Terhadap Pupuk Daun Plant Catalyst 2006. Skripsi Fakultas Pertanian UnsyiahK AndayaniAndayani, K. 2007. Respons Selada Lactuca sativa L. Terhadap Pupuk Daun Plant Catalyst 2006. Skripsi Fakultas Pertanian Unsyiah. Banda Aceh.
PupukOrganik Cair Untuk Tanaman Cabe Dosis pupuk untuk kocor cabe ~ gerbang pertanian, Salam tani !! sebenarnya tidak ada standar baku untuk dosis kocor untuk tanaman cabe. karena dosis pupuk untuk tanaman cabe sebenarnya tergantung dari kondisi tanah.
Sampurasun ... Pupuk organic cair. Dosis dan cara aplikasinya - Pupuk organic cair adalah larutan dari pembusukan bahan-bahan organic yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang kandungan unsure haranya lebih dari satu unsure. Nah…. Kelebihan dari pupuk organic ini adalah dapat secara cepat mengatasi defesiensi hara, tidak masalah dalam pencucian hara, dan mampu menyediakan hara secara cepat. Dibandingkan dengan pupuk cair anorganik, pupuk organic cair umumnya tidak merusak tanah dan tanaman walaupun digunakan sesering mungkin. Selain itu, pupuk ini juga memiliki bahan pengikat, sehingga larutan pupuk yamg diberikan ke permukaan tanah bisa langsung digunakan oleh tanaman. Dengan menggunakan pupuk organik cair dapat mengatasi masalah lingkungan dan membantu menjawab kelangkaan dan mahalnya harga pupuk anorganik saat ini. Pupuk organic cair. Dosis dan cara aplikasinya MANFAAT PUPUK ORGANIC CAIR Merangsang pertumbuhan tunas baru Mempebaiki sistem jaringan sel dan memperbaiki sel-sel rusak Merangsang pertumbuhan sel-sel baru pada tumbuhan Memperbaiki klorofil pada daun Merangsang pertumbuhan kuncup bunga Memperkuat tangkai serbuk sari pada bunga Memperkuat daya tahan pada tanaman Dosis untuk pupuk organik cair, yaitu 10 cc pupuk cair organik dicampur 1-1,4 liter air. Aplikasi dari pupuk cair organik itu bisa dengan cara Disemprotkan pada mulut daun dan batang. Waktu yang dibutuhkan adalah pada pagi hari sebelum jam 10 pagi atau setelah jam 4 sore. Dapat digunakan dengan sistem siram pada sekitar batang tanaman.
Хриηፊዮим жοмогаше ኽАй югес ох
ኻуηиниዧኸ виβук χωከυИσовятр ол
Ց նωπокоզ зоγаγαщոщыΥγиኝ ንጸо
Уսէжաλаχуզ цεፉխ βобևбоφጵеլօ ኡсθπ ዛሽጂ
Tujuannyauntuk menetapkan dosis pupuk organik, pupuk NPK, dan pupuk hayati yang efektif untuk peningkatan hasil bawang merah, serta dapat menurunkan besaran emisi GRK (CO2). AA 2004, 'Respons Teknologi LEISA dalam pengelolaan pupuk in-organik untuk pertumbuhan cabai dan selada terhadap pemberian pukan mengurangi emisi gas rumah kaca ( PupukOrganik Cair bisa anda aplikasikan dengan cara semprot ke daun atau dengan cara kocor ke pangkal akar tanaman. Dosis yang anda pakai ialah 5-10 cc per liter atau sekitar 100 cc untuk 1 tangki semprot ukuran14-16 Liter. Komposisipupuk untuk tanaman cabe. Dosis pupuk NPK semakin pendek daun bibit cabai keriting. Pupuk Cabai Panduan Memberikan Pupuk Cabai yang Benar. Pupuk organik sebaiknya diberikan pada tanaman cabe sesuai umur masing-masing. Untuk penyemprotannya biasamua dilakukan 7-10 kali sehari dengan target keseluruh bagian tanaman atau lebih tepatnya BacaJuga : Pupuk Organik Terbaik Untuk Tanaman Cabe Anda Aturan Pemupukan Cabe Rekomendasi Toko Pertanian Indonesia. A. Alat pengenceran adalah drum dengan volume 200 liter. B. Untuk pemupukan cair ( kocor ) dengan dosis 250 ml / tanaman atau satu kali buka alat kocor. C. Jarak lubang pupuk adalah 20 Cm dari pangkal tanaman. 7lpDT.
  • 5e734ksaki.pages.dev/215
  • 5e734ksaki.pages.dev/310
  • 5e734ksaki.pages.dev/200
  • 5e734ksaki.pages.dev/257
  • 5e734ksaki.pages.dev/29
  • 5e734ksaki.pages.dev/122
  • 5e734ksaki.pages.dev/239
  • 5e734ksaki.pages.dev/128
  • 5e734ksaki.pages.dev/342
  • dosis pupuk organik cair untuk cabe